Maginda Laia (705140116)
Serrena Chayadhy (705140123)
Elvina Salim (705140128)
Anggi Maria C. (705140155)
Lisa Bella H. (705140156)
Cardinsa Gemelli (705140166)
Jurnal:
"Stigma dan Diskriminasi HIV dan AIDS (ODHA) di masyarakat basis anggota nadhlatul Ulama (NU Bangil): Studi kajian peran strategis Faith Based Organization (FBO) dalam isu" penulis Zainul Ahwan. Sumber: Jurnal ilmu sosial dan politik, Universitas Yudharta Pasuruan.
1. Proses terjadinya diskriminasi pada ODHA
· Kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh masyarakat NU Bangil tentang HIV/ AIDS baik dalam tinjauan medis, agama, dan HAM. Pengetahuan HIV dan AIDS yang masih awam inilah yang menjadikan masyarakat mempunyai kesimpulan-kesimpulan yang tidak sesuai dengan persoalan HIV dan AIDS yang sebenarnya. Masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa HIV dan AIDS itu bisa menular melalui kontak social seperti bersalaman, makan bersama, bertemu dalam ruangan yang sama, menghirup udara didekat ODHA dan seterusnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan Teori belajar sosial menjelaskan bahwa prasangka berkembang karena individu mempelajarinya (Sarwono & Meinarno, 2009).
· Mitos yang disosialisasikan secara Mitos merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan sebuah keyakinan dan bersifat turun-temurun berkembang dimasyarakat Bangil. Dalam persoalah HIV, masyarakat NU bangil juga masih mempunyai anggapan [mitos] bahwa HIV dan AIDS itu bisa menular dengan hidup bersama ODHA, melakukan kontak social dengan ODHA, ODHA harus dijauhi karena HIV bisa melur lewat pertukaran udara, HIV dan AIDS merupakan penyakit kutukan Tuhan bagi para mereka yang telah melanggar norma-norma agama dan susila dalam kehidupan social. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori Dominasi Sosial, dimana mitos sosial melegitimasi hirarki dan diskriminasi sehingga kelompok menjadi dominan dan superior terhadap out group (Sarwono & Meinarno, 2009).
· Pandangan Agama memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pendang dan pola perilaku masyarakat Bangil. Agama memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pandang dan pola prilaku manusia. Sehingga dengan atas nama agama bisa dijadikan sebagai justifikasi sekaligus sebagai legitimasi bagi seseorang untuk memberikan sikap dan tindakannya. Kasus stigmatisasi dan diskriminasi HIV yang terjadi dimasyarakat NU bangil juga merupakan implikasi dari pandangan agama yang dijadikan justifikasi tindakan tersebut. Masih banyak masyarakat NU Bangil yang melakukan stigmatisasi dan diskriminasi HIV berdasarkan pengertahuannya bahwa HIV dan AIDS semata-mata hasil dari perbuatan sexsual duiluar hubungan yang disahkan oleh agama. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui teori Dogmatisme dan close mindedness. Rokeach menjelaskan bahwa prasangka lebih menekankan gaya kognitif, generalisasi dari sindrom ketidaktoleransian ini dapat dikatakan sebagai dogmatis atau ketertutupan sikap (close mindedness). Hal ini dikarakteristikkan dengan adanya kontradiksi antara sistem kepercayaan satu dengan yang lainnya, resistensi terhadap hal-hal baru, serta menuntut justifikasi pihak otoritas terhadap kepercayaan yang dimilikinya (Sarwono & Meinarno, 2009).
- Bentuk-bentuk Diskriminasi ODHA
· Bentuk-bentuk diskriminasi ODHA yang terjadi dalam masyarakat Bangil dapat dijelaskan dalam bentuk menolak untuk menolong (reluctance to help), Menolak untuk menolong orang lain yang berasal dari kelompok tertentu (masyarakat Bangil) seringkali dimaksudkan untuk membuat kelompok lain (kelompok ODHA) tetap berada dalam posisi yang kurang beruntung. Serta dalam bentuk tokenisme adalah minimnya perilaku positif terhadap kaum ODHA. (Sarwono & Meinarno, 2009). Pada jurnal dijelaskan contoh perilaku yang dilakukan oleh masyarakat Bangil yang dicerminkan dari ketidakmauan mereka untuk mengadakkan kegiatan religi bersama kaum ODHA. Selain itu, keluarga kaum ODHA cenderung memberikan opini negatif terhadap anggota keluarganya yang tergolong kaum ODHA. Salah satu contoh opininya masyarakat menyatakan bahwa penyakit ODHA adalah kutukkan Tuhan.
3. Intervensi untuk Mengurangi Diskriminasi
· Pertama kita harus lakukan adalah mengubah stereotype dari tokoh agama tersebut karena tokoh agama tersebut adalah tokoh yang berpengaruh di lingkungan tersebut, Jika proses sosialisasi (untuk mengubah stigma masyarakat) dilakukan terhadap masyarakat oleh lembaga selain keagamaan, ada baiknya saat penyuluhan juga dihadirkan tokoh agama berpengaruh. Tujuannya agar sosialisasi lebih efektif.
· Dapat dilakukan dengan Direct Intergroup Contact, Pettigrew menyatakan bahwa prasangka yang terjadi antar kelompok dapat dikurangi dengan cara meningkatkan intensitas kontak antar kelompok yang berprasangka tersebut. Hal yang dijelaskan ini terkenal sebagai teori kontak hipotesis. Dasar argumentasinya adalah meningkatnya kontak memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih mendalam mengenai kesamaan yang mungkin mereka miliki yang akan menimbulkan daya tarik dari dua belah pihak (Sarwono & Meinarno, 2009). Meningkatnya kontak antara masyarakat Bangil dengan ODHA dapat memperkuat hasil langkah pertama (masyarakat dibuat untuk tidak takut dan tidak membenci kaum ODHA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar